aku lihat pagi ini mendung melingkari alam ini, di sekelilingku terdiam, bunga dan dedaunan kedinginan. Aku berada di tengah tengah keheningan itu dan kesepian mulai menggerayangi sukmaku.
Ada hasrat yang menggebu dalam kalbu tapi nalarku tak menentu. Rindu itulah yang bergerilya dalam batinku namun entah pada siapa seseorang yang sedang ku rindu.
Ku hisap sebatang rokok yang menghangatkan dahaga pagi itu sembari menerka nerka keadaan yang sudah berlalu. Tapi aku bingung kemana arahnya kebimbangan yang tertuju.
Taukah kalian ? Pagi itu aku baru saja lepas dari mabuk semalam, tubuhku ingin rebah di kesunyian itu, kakiku lemah menopang raga ini. Mataku sayu berdenyut denyut bagai hidup sebahagian.
Ku tunggu berputarnya waktu sambil menyibukkan diri dalam rutinitas. Ku paksa kakiku melangkah lalu ku basuh wajahku yang sedang menahan gejolak lara. Air jernih itu mulai menyegarkan wajahku dari kekosongan yang melanda.
Hingga siang tiba pukul 2 siang hujan tak berhenti jua. Guyurannya semakin deras membasahi bumiku. Memandikan pohon liar dan rumput yang bergoyang. Rasa malas itu akhirnya timbul menghasut diriku. Tapi nurani membatin melawan rasa yang menjijikan itu.
Tak terasa aku lupa belum makan sedari pagi tadi. Perutku keroncongan mendemo pemiliknya agar segera di isi. Akupun bergegas mencari warung makan di sekitar sambil di guyur hujan deras siang itu. Sesampainya aku di warung makan itu aku menepati janji pada perutku dengan mengirimkannya semangkok bakso yang pedas.
Setelah aku menghabisi bakso itu keadaan seperti berubah membaik dari sebelumnya. Aku mulai segar dan bersemangat menjalani hari tapi langit tetap saja menangis sedari tadi. Apa yang membuat langit menangis hingga petang tiba.
Bersambung
Saturday, June 8, 2019
Home
Unlabelled
Keadaan di pagi itu tanggal 08 Juni 2019
No comments:
Post a Comment